Powered By Blogger

Kamis, 10 Juni 2010

Terungkap, Nenek Moyang Manusia Kanibal


Moyang manusia diketahui adalah kanibal. Klaim itu berdasarkan penemuan fosil tulang yang menunjukkan pengulitan untuk penguburan ritual maupun konsumsi kanibalistik.

Spesies baru Homo gautengensis diperkirakan hidup dari 2 juta tahun lalu dan hilang sekitar 600 ribu tahun lalu, berdasarkan keterangan Dr Darren Curnoe ahli antropologi yang mengidentifikasi makhluk itu.

Kesimpulan itu berdasarkan fosil berumur 2 juta hingga 800 ribu tahun, berupa potongan tulang tengkorak, rahang, gigi dan tulang lain yang ditemukan di gua Sterkfontein, provinsi Gauteng, Afrika Selatan.

Dr Curnoe dari University of New South Wales Australia percaya bahwa makhluk ini merupakan kanibal, dilihat dari luka yang ditemukan.

Tanda dari tulang tengkorak Stw 53 ini menunjukkan pengulitan, baik untuk penguburan ritual maupun konsumsi kanibalistik, ujar Dr Curnoe.

Seiring dengan tulang yang dibakar, tanda ini juga menunjukkan bahwa makhluk tersebut telah menjadi ‘menu’ bagi Homo gautengensis lain, tambah ilmuwan tersebut.

Spesies baru tersebut memiliki gigi yang menunjukkan adaptasi dari pemakan tumbuhan yang tampak juga digunakan untuk mengunyah, tulis studi yang sebentar lagi akan dipublikasikan di jurnal Homo.

Dibandingkan dengan manusia modern, spesies baru ini secara proporsional memiliki lengan yang panjang, wajah yang sedikit mirip dengan kera, gigi besar dan otak yang lebih kecil, cukup untuk komunikasi verbal.

“Ini menunjukkan kemungkinan Homo gautengensis memiliki bahasa,” kata Curnoe kepada majalah National Geographic.

Penemuan dari manusia baru ini tidak hanya menambah susunan pohon keluarga manusia, tapi ini juga memberi goncangan yang cukup besar.

Selama beberapa dekade, peneliti telah mencari spesies yang berhubungan dengan anggota pertama genus Homo. Di awal tahun ini, telah diumumkan bahwa ada bagian yang ‘hilang’ dari susunan manusia, dalam bagian Australopithecus sediba

Dalam identifikasi manusia terbaru, memberikan kunci dalam teori ini karena sebelumnya diketahui lebih banyak makhluk primitif dibandingkan Homo gautengensis dan hidup di saat yang sama dan di tempat yang sama, berdasarkan keterangan Dr Curnoe.

Awan Pasir 21 Meter Sapu Kota China


Seperti di adegan film bencana Hollywood, awan pasir setinggi 21 meter terlihat menjulang di atas barisan rumah, kemudian jatuh sebagai serpihan di kota kecil China.

Penduduk bersembunyi di rumah mereka dengan jendela dan pintu tertutup untuk berlindung dari badai debu yang menyapu wilayah itu setiap menitnya.

Hari seperti berubah jadi malam, saat berton-ton debu menghalangi masuknya matahari dan mengurangi jarak pandang hingga 180 meter. Namun, tiba-tiba badai ini menjadi tenang dan awan tinggi kembali membayangi bumi, memanggil penduduk untuk segera membersihkan sisa-sisanya.

Golmud merupakan tempat tinggal bagi 200 ribu orang. Kota industri baru ini dibangun dekat dengan gurun Gobi, yang merupakan padang pasir terbesar di Asia. Meskipun bukan tempat tinggal ideal, sepuluh ribu orang telah memilih pekerjaan di danau garam di wilayah tersebut.

Namun prospek pekerjaan yang baik itu, membutuhkan beberapa pengorbanan. Setiap musim semi, angin yang kuat akan menerbangkan pasir dari Gobi hingga menyebabkan lapisan besar debu dan pasir yang kemudian jatuh di sekitarnya.

Pasir tersebut dapat menyebabkan pemadaman listrik secara berkala, penundaan penerbangan dan penyakit pernafasan.

Pasir Gobi bahkan pernah menyebar hingga Beijing, dengan sekitar satu juta ton melayang ke kota tersebut setiap tahunnya. Bulan Maret lalu, beberapa kota di China berwarna oranye akibat badai pasir tersebut.

Lebih dari seperempat wilayah China, sekitar satu juta mil persegi, ditutupi pasir Gobi yang kemudian menutupi sebagian besar wilayah utara negara tersebut.

Chinese Academy of Sciences memperkirakan jumlah dari badai pasir ini telah melonjak 6 kali lipat sejak 50 tahun lalu.

Sekitar 80% badai ini terjadi antara bulan Maret dan Mei. Kecuali pemerintah menemukan cara efektif untuk menghentikan penyebaran pasir dari gurun ini, badai tersebut akan terus berlanjut.

Muncul Lubang Misterius di Guatemala


Sebuah lubang besar yang muncul setelah badai tropis di kota Guatemala telah menakuti penduduk. Namun lubang yang menelan seluruh bagian persimpangan itu menarik ahli geologi.

Lubang itu berdiameter 20 meter dan memiliki kedalaman sekitar 30 meter. Ahli geologi mengatakan bentuk bundar menunjukkan terdapat formasi gua di bawah tanah, namun penyebab sebenarnya dari lubang tersebut masih sebuah misteri.

“Saya dapat menyebutkan pada Anda bukan kesalahan geologi dan ini juga bukan hasil dari gempa bumi,” kata David Monterroso, ahli geofisika di National Disaster Management Agency.

Lubang ini terbentuk pada Sabtu lalu dan juga telah menelan sebuah pabrik pakaian sekitar 2 kilometer dari situs, dengan lubang yang sama pada tiga tahun lalu.

Penduduk mengatakan suatu keajaiban karena tidak ada pekerja pabrik yang meninggal.

“Mereka sangat beruntung,” kata penduduk bernama Honora Olivia. “Mereka pulang pada pukul 6 sore, satu jam sebelum lapisan bumi terbuka.”

Penduduk mengatakan seorang penjaga lolos karena terjebak di rumahnya akibat terjadi hujan lebat karena badai tropis Agatha di Amerika Tengah.

Badai ini telah menewaskan setidaknya 180 orang. Penduduk percaya bahwa satu hingga dua orang mungkin hilang, namun pihak berwenang mengatakan tidak ada laporan kematian.

Lubang yang sama tahun 2007 telah membunuh 3 orang dan merubuhkan beberapa rumah di area yang sama. Lubang itu diperkirakan akibat hujan dan lapisan bawah tanah sangat lemah.

Namun terlalu dini untuk mengatakan bahwa cuaca yang menyebabkan masalah itu, kata Monterroso yang juga menyelidiki kejadian terbaru.

Polisi dan tentara telah membuat penjagaan di sekitar lubang untuk mencegah pihak-pihak yang ingin tahu dan terlalu dekat. Sebagian besar orang yang tinggal di dekat wilayah itu telah pindah karena takut lubang akan meluas dan menghancurkan lebih banyak rumah.

Ikan Takut pada Bayangannya Sendiri


Studi terbaru mendapatkan aktivitas melihat diri sendiri di cermin merupakan tindakan yang cukup menakutkan bagi beberapa ikan.

Melihat ke cermin menunjukkan peningkatan aktivitas otak ikan di bagian yang berhubungan dengan ketakutan dibandingkan ikan melihat ikan lainnya yang terpisah oleh kaca, tulis studi ini.

Namun, di kedua kasus ini ikan menunjukkan tindakan fisik yang sama, yaitu melakukan gerakan rutin yang agresif sebagai cara untuk bertarung dengan ikan lain seperti pada lawan yang sebenarnya.

“Ini tampaknya seperti sesuatu yang tidak mereka mengerti,” kata Julie Desjardins, peneliti dan pasca-doktor dari ilmu biologi di Stanford University.

“Saya rasa stimulus ini hanya begitu jauh dari pengalaman realitas mereka dan ini memberi kesimpulan dalam sebuah tanggapan secara emosional.”

Desjardins dan ahli biologis Stanford, Russell Fernald mengatur sesi perbandingan selama 20 menit dari cichlids Afrika jantan yang merupakan ikan air tawar.

Terpecahkan Misteri Hewan Argonaut


Untuk beberapa abad, ahli biologi kebingungan dengan fungsi tampilan luar hewan betina argonaut, di mana terlalu tipis untuk memproteksi mereka dari para predator.

Pandangan yang paling banyak diterima adalah berfungsi sebagai bilik anak, bagi rumah telur mereka.

Namun studi terbaru menunjukkan fungsi utama adalah yang memungkinkan hewan untuk naik dan turun di lautan dengan menggunakan udara yang terjebak agar dapat mengatur kedalaman.

“Melalui observasi bawah laut dari argonauts liar, kami menemukan 5 tahap proses yang dilakukan betina dalam mengumpulkan udara dari permukaan air dan menyalurkan udara ini ke kedalaman, saat daya apung netral tercapai,” kata Julian Finn, peneliti dari Museum Victoria di Melbouren, salah satu peneliti studi ini.

Penemuan ini menutup kepercayaan lama kantung udara di dalam lapisan itu menyebabkan untaian masa dari hewan ini berada di pantai seluruh dunia.

“Studi ini menunjukkan udara di lapisan cangkang pada argonaut betina tidak hanya menguntungkan, tetapi juga penting,” kata Finn.

Argonaut menentukan kedalaman di mana mereka dapat menunda dengan menyesuaikan jumlah udara yang mereka ‘simpan’ saat di permukaan.

Sebagai seekor gurita yang berenang ke kedalaman menggunakan sejenis jet propulsion binatang itu meningkatkan tekanan air secara bertahap dengan mengurangi volume udara yang ditangkap, sehingga mereka dapat mengapung, hingga ini benar-benar sesuai dengan berat badan.

Buaya-Kura-kura Aneh Tertangkap di China

Seorang nelayan China kaget bukan kepalang setelah menangkap makhluk aneh di sebuah danau yang penampilannya seperti persilangan antara kura-kura dan buaya.

Pria tersebut menemukan makhluk aneh yang sulit diketahui jenis spesiesnya itu yang berupa buaya atau kura-kura di Danau Weishan, sebelah selatan provinsi Anhui China yang bukan hewan asli negara tersebut.

Spesies tersebut diketahui hanya ada di Amerika Utara dan pernah menjadi peliharaan seseorang, sebelum akhirnya dibuang di danau, menurut petugas perikanan dan kelautan lokal.

Namun ada yang menyebut hewan itu berhubungan dengan alien. Hadirnya makhluk tersebut di China berarti telah hadir tanda-tanda bahaya terhadap sistem ekologi lokal di wilayah setempat, menurut petugas tersebut.

Nelayan Sun Yongcheng mengatakan bahwa dirinya sangat terkejut ketika menjaring hybrida antara buaya dan kura-kura tersebut, yang memiliki panjang 76 cm dan lebar 30 cm serta berat 7 kg.

Dia mengatakan, “Saya tiba-tiba menyadari sebuah benda berwarna hitam yang tertarik jaring, menakutkan sekali. Dia melawan dan menggigit jaring ketika saya berusaha mengangkatnya.”

Juru bicara Biro Perikanan, Jining mengatakan bahwa ini merupakan kasus pertama hewan gabungan buaya dan kura-kura ditemukan di dalam sistem perairan setempat, sebagaimana dilansir Koran Telegraph.

Jining menduga, “Kemungkinan besar menurut saya, seseorang telah membuang hewan peliharaan mereka ke danau, yang akan sangat membahayakan ekologi yang ada di danau tersebut

Kucing Ajaib Selamat Walau Kepala Tertusuk Paku

Seekor kucing yang mendapat julukan Si Ajaib Grace berhasil selamat meskipun sebuah paku menancap di tengkorak kepalanya.

Hasil analisis sinar-X kucing tersebut memperlihatkan dengan jelas sebuah benda tajam yang biasa digunakan dalam aktivitas konstruksi menembus lapisan kulit, daging dan tengkorak kepalanya.

Namun anehnya, bukan menderita cidera berat, hewan tersebut masih mampu berjalan dalam kondisi yang baik ketika ditemukan, sebelum seorang ahli bedah mencabut paku sepanjang tiga inci tersebut.

Kucing ajaib tersebut ditemukan di Sioux City, Iowa, Amerika Serikat. Hewan beruntung tersebut diberi julukan Si Ajaib Grace.

Cindy Rarrat dari Pusat Kontrol Hewan mengatakan, “Saya tidak pernah melihat hal semacam ini. Dan menyaksikan kucing tersebut masih segar dan hidup, sangat mengejutkan dan luar biasa.”

Rarrat juga mengatakan otoritas setempat tengah mencari pemilik kucing, untuk memberi kabar dan meminta pertanggungjawaban tusukan paku tersebut, sebagaimana dilansir Telegraph.

Terungkap, Rahasia Semprotan Ular Kobra


Semua ular kobra mematikan, namun yang mengagumkan adalah semprotan racunnya. Kobra bisa menargetkan mata korbannya dari jarak lebih dari 1,5 meter dengan ketepatan lebih 80%.

Ternyata ular bisa memiliki ketepatan yang luar biasa dalam memprediksi di mana target mereka berada, hanya dengan waktu setengah kali yang dibutuhkan bagi mata untuk berkedip.

Untuk menganalisi bagaimana reptil itu memiliki tembakan mematikan, ahli morfologi Bruce Young di University of Massachusetts berdiri di belakang sebuah lapisan plastik dan merekam semprotan racun dari kobra yang meludah Afrika Selatan yang menargetkan matanya.

Anehnya, ular ini menggoyangkan kepala sebelum semprotan tersebut terbang. Herpetologist Guido Westhoff dari University of Bonn Jerman, juga melihat bahwa pergerakan kepala pada kobra tersebut sehingga peneliti dan para koleganya bekerja sama untuk mencari tahu.

Untuk membangkitkan ular meludah, “Saya hanya menaruh kaca mata dan kobra mulai meludah seluruhnya,” kata Young.

Dia juga menggunakan pelindung yang menghubungkan akselerometer untuk melacak pergerakan kepalanya. Di saat yang sama, peneliti lain merekam perubahan kobra dengan 500 gambar setiap detik atau sekitar 20 kali lebih cepat dari kecepatan kamera rata-rata.

Selama 6 minggu, Young ‘mengejek’ ular tersebut dengan menggoyangkan kepalanya di depan para kobra sehingga menyebabkan 100 kali ludahan.

Saat para peneliti menganalisis pergerakan Young, mereka menemukan sekitar 200 milidetik sebelum kobra ini menyemprotkan ludah.

Pada seperlima detik setelah kepala bergerak, sama seperti separuh waktu yang dibutuhkan untuk mengedipkan mata, ular ini memprediksi di mana arah korban tersebut, kata para peneliti.

Selama meludah yang kedua, ular juga menggerakkan kepala dengan cara yang sama dari pergerakan mata si target, sebagai pedoman akurasi untuk menargetkan mata.

Ular ini juga sedikit memindahkan kepalanya saat penyemprot racun tersebut menyebar dan memberikan jarak untuk menargetkan mata si target.

“Yang mereka butuhkan hanya satu kesempatan dari racun tersebut untuk mengenai kornea, satu tetesan kecil,” kata Young.

“Saya telah melihat apa yang terjadi saat racun mematikan mengenai kornea. Pada dasarnya ini langsung melumpuhkan.”

Kemampuan untuk mencegat target bergerak dengan akurasi seperti ini menunjukkan tingkat kecerdasan yang tidak dimiliki ular atau reptil lain sebelumnya,


Foto binatang yang terkena tumpahan minyak di Teluk Meksiko tampak sangat menyedihkan. Binatang itu dipenuhi lumpur dan beberapa diantaranya harus disuntik mati.

Organisasi lingkungan Fort Myers mencoba untuk meyakinkan bahwa binatang yang cacat permanen akibat minyak itu dapat diselamatkan. Namun masalah pendanaan bisa menjadi penghalang.

Calusa Nature Center and Planetariun (CNCP) adalah yang menangani dan merawat burung itu dalam jangka panjang. Burung-burung tersebut harus diberi makan, tempat tinggal dan menerima perawatan.

“Selama ada burung yang membutuhkan, kami akan tetap membangun sangkar karena tampak salah jika kami tidak melakukannya,” kata Direktur Hubungan Komunitas CNCP, Sarah Mc Daniel, seperti dikutip dari Naplenews.

“Selama kami bisa menemukan pendanaan maka kami akan tetap melakukannya.”

Burung yang ada di pusat rehabiliasi akan diberikan pengobatan. Unit rehabilitasi ini diwajibkan secara hukum untuk menyuntik tidur sementara binatang selama 90 hari.

“Kami mencoba untuk selalu siap terhadap kemungkinan kerusakan, namun kami berharap ini tidak terjadi,” kata Direktur Eksekutif CNCP, Jennifer Cleary.

Tindakan perawatan tersebut menghabiskan biaya sebesar US$3.500 (Rp 31,8 juta) untuk tiap burung. Ini tidak termasuk biaya sekitar US$150 (Rp 1,4 juta) tiap bulan untuk makanan dan dana tambahan yang dibutuhkan jika ada perawatan lanjutan.

“Kami butuh setidaknya dua kandang tambahan dari yang kami miliki sekarang,” kata Cleary.

Burung yang dirawat setidaknya menderita satu luka yang disebabkan oleh tumpahan minyak dan ada burung yang harus disuntik mati.

“Kami mengambilnya, karena mereka harus segera di euthanasia, dan kami tidak tahan melihat burung benar-benar mati,” kata Sarah McDaniel.

Anjing Paling Jelek di Dunia Mati


Miss Ellie yang menjadi pemenang kontes Anjing Terjelek di Dunia tahun 2009 telah mati di usianya yang ke 17 tahun setelah terkenal di pertunjukan Smoky Mountains.

Hewan ini merupakan anjing Chinese Crested kecil bermata besar dengan rambut sedikit dan memiliki banyak jerawat, serta lidah yang terjulur hingga membantu dirinya menjadi pemenang kontes Anjing Terjelek di Dunia tahun 2009 dari Animal planet.

Mountain Press melaporkan anjing itu membantu menghasilkan uang bagi komunitas penduduk lokal.

Selama beberapa tahun, Ellie membantu menghasilkan uang lebih dari US$100 ribu (Rp 910 juta) bagi Sevier County Humane Society.

Anjing betina ini akan dikremasi.